Kamis, 06 Februari 2014

PENGGUNAAN MULTI MODALITAS IMAGING TERHADAP DIAGNOSA PENYAKIT ARTERI EKSTREMITAS INFERIOR



PENDAHULUAN
Aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah disebabkan oleh penumpukan dari zat-zat lemak (lipid, kolesterol) yang makin lama makin banyak dan menumpuk di bawah lapisan terdalam (endotelium) dari dinding pembuluh nadi. Hal ini dapat terjadi akibat hiperkolesterolemia atau jenuhnya reseptor LDL (kolesterol jahat) sehubungan dengan konsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung kolesterol dan trigliserida tinggi. Tumpukan zat-zat lemak tersebut akan mengalami oksidasi yang lama kelamaan akan membentuk plak yang dapat menyebabkan pengerasan arteri. Pembentukan plak lemak dalam arteri merupakan faktor yang mempengaruhi pembentukan bekuan darah (thrombus) yang dapat menghambat aliran darah. Apabila proses aterosklerosis ini terjadi pada pembuluh darah ekstremitas inferior akan mendorong terjadinya iskemia pada organ ekstremitas inferior yang memperoleh suplai darah dari bagian yang mengalami stenosis. Jika proses ateroskelorosis tersebut berkembang hingga menyebabkan penyumbatan total maka dapat menyebakan kematian jaringan (infark) yang berkibat pada tindakan amputasi sehingga seseorang akan mengalami cacat.
Dengan demikian penting menetukan pemilihan jenis pencitraan (modalitas imaging) yang tepat dan cepat yang diberikan kepada pasien. 
      Gambar 1 Lapisan-lapisan dinding pembuluh darah arteri (Sumber : IP Web Pub)
Gambar 2.Perbandingan penampang anatomi pembuluh darah arteri dan vena
( Sumber : IP Web Pub)
GEJALA PENYAKIT
Arteri ( kecuali arteri pulmonalis) merupakan pembuluh darah yang berfungsi membawa darah yang kaya O2 dan zat-zat makanan yang diperlukan oleh jaringan tubuh untuk kelangsungan aktifitas hidup. Dengan demikian gangguan sirkulasi akan memberikan efek terhadap kenerja dan kelangsungan hidup suatu jaringan yang diperdarahi. Gejala yang dialami seorang pasien yang mengalami penyakit pembuluh darah perifer (Peripheral vascular disease) terutama pada eksteremitas inferior diantaranya keadaan nyeri atau tegang saat berjalan (klaudikasi),nyeri pada daerah bokong,mati rasa pada daerah tungkai atau kaki, perubahan warna kulit (pucat kebiru-biruan), perubahan temperatur kulit, impoten maupun luka yang susah untuk sembuh.
Gambar 3. Pembuluh darah yang mengalami aterosklerotik (down load from : hall-garcia cardiology associate www.hgcardio.com/ptca.htm )
METODA PENCITRAAN DIAGNOSTIK
Beberapa metoda pencitraan diagnostik yang dapat dilakukan untuk penegakan diagnosa meliputi ; Ultrasound Doppler Test,Magnetic Resonance Angiography (MRA), CTA (Computed Tomography Angiography), dan Konvensional Arteriografi.
ULTRASOUND DOPPLER TEST
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara berfrekwensi tinggi yang memanfaatkan asas Doppler sebagai prinsip kerja dasarnya. Pemeriksaan ini tidak bersifat invasive (non trumatis ), biaya pemeriksaan murah dan fasilitas ini telah tersedia secara luas . Pemeriksaan ini bersifat pilihan kedua (second line) setelah pemeriksaan non pencitraan dilakukan yaitu penentuan Ankle-Brachial indeks (ABI). ABI adalah perbandingan tekanan arteri di daerah pergelangan kaki (ankle) dan lengan (brachial). Akurasi diagnostik pada penggunaan Ultrasound Doppler test banyak ditentukan oleh kecakapan operator didalam memposisikan tranduser. Hasil pencitraan tidak dapat memberikan gambaran (deskripsi) secara tepat diameter dan panjang lesi, tingkat keparahan maupun tipe lesi yang terdapat pada pembuluh darah arteri.
Gambar 4 .Hasil pencitraan pembuluh darah dengan metoda Ultra sound doppler
M R A
Pemeriksaan pembuluh darah dengan teknik Magnetic Resonance Imaging mengalami perkembangan yang amat pesat dan diprediksi akan menjadi pilihan utama dalam diagnosa gangguan pembuluh darah menggantikan konvensional angiography. Hal ini disebakan MRA tidak bersifat invasive, tidak menggunakan radiasi pengion dan bahan kontras yang digunakan relatif tidak beresiko (non-nephrotoxic). Namun untuk sementara pemeriksaan MRA masih memiliki keterbatasan didalam mendiagnosa penyakit arteri pada ektremitas inferior seperti biaya yang relatif mahal, ketersediaan sarana, kontra indikasi pemeriksaan (Pasien yang memiliki sumber logam dalam tubuhnya), dan kemungkinan terjadinya overestimation of the degree dari lesi.
Gambar 5 .Hasil pencitraan pembuluh darah dengan metoda MRA



C T A
Sama halnya dengan MRA metoda pemerksaan ini juga mengalami perkembangan yang amat pesat dan juga diprediksi akan menjadi pilihan utama dalam diagnosa gangguan pembuluh darah menggantikan konvesional angiography terutama dengan peningkatan jumlah irisan pda metoda multy slice CT. Pada CTA pembuluh darah dapat terekonstruksi secara 3 dimensi sehingga memberikan keleluasaan visualisasi pembuluh darah dalam berbagai sudut. Namun harus disadari peningkatan jumlah irisan dan aplisasi terhadap pembuluh darah meningkatkan dosis radiasi dan jumlah bahan kontas yang diterima pasien.
 Gambar 6. Data trimming MIP image menvisualisasikan popliteal artery block with distal reformation.
KONVENSIONAL ANGIOGRAPHY
Metoda konvensional angiography meskipun bersifat invasive, memerlukan bahan kontras ( lebih kecil dari CTA) dan mengunakan sinar-X namun sampai saat ini masih merupakan jenis pemeriksaan yang paling akurat didalam mendiagnosa penyakit pembuluh darah. Sehingga masih tetap menjadi pemeriksaan utama (golden procedures). Hal ini disebabkan gambaran yang dihasilkan mampu menyuguhkan gambaran anatomis dan fisologi yang hampir mendekati keadaan sebenarnya dari pembuluh darah (>90%).Pemeriksaan konvensional angiography dapat memerlihtkan secara jelas penyakit pembuluh darah seperti ; terjadinya penyempitan (stenosis), pelebaran (Dilatasi;Aneurisma), penyumbatan oklusi) maupun adanyan thrombus atau bekuan darah yang ditandai dengan terjadinya fiiling defect. Dana yang lebih penting konvensional angiography dapat memperlihatkan fase-fase dari sirkulasi peradaran darah (arteri, Arteriovenous maupun vena) yang tidak dapat dilakukan pada metoda lain.
Gambar 7 .Hasil pencitraan pembuluh darah dengan metoda Arteriografi
PEDOMAN PENERAPAN JENIS PENCITRAAN
Pesatnya perkembangan teknologi pencitraan memberikan hasil dalam meningkatkan kemudahan dan akurasi interpretasi diagnostik serta memberikan tingkat keamanan dan kenyamanan yang lebih baik terhadap pasien seperti efek penggunaan bahan kontras, prosedur radiologis yang bersifat tarumatis (invasif), serta resiko penggunaan radiasi pengion. Pilihan terhadap jenis pemerIksaan diagnostik mutakhir ditentukan oleh faktor-faktor seperti :1). Biaya, waktu dan lama pemeriksaan 2). Ketersediaan tenaga medik dan paramedic (radiographer) 3). Ketersediaan tenaga tehnisi untuk perbaikan dan pemeliharaan sarana 4).Akurasi gambar yang diperoleh 5).Daya bayar Masyarakat 6).Sifat pemeriksaan (invasif dan non-invasif) 7).Mobilitas peralatan . Dengan demikian pemeriksaan yang dipilih harus memperhatikan asas kemanfaatannya terhadap pasien dan bukan sekedar kecanggihan yang kamuflase.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar