PENDAHULUAN
Aterosklerosis
atau penyempitan pembuluh darah disebabkan oleh penumpukan dari zat-zat lemak
(lipid, kolesterol) yang makin lama makin banyak dan menumpuk di bawah lapisan
terdalam (endotelium) dari dinding pembuluh nadi. Hal ini dapat terjadi akibat
hiperkolesterolemia atau jenuhnya reseptor LDL (kolesterol jahat) sehubungan
dengan konsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung kolesterol dan
trigliserida tinggi. Tumpukan zat-zat lemak tersebut akan mengalami oksidasi
yang lama kelamaan akan membentuk plak yang dapat menyebabkan pengerasan
arteri. Pembentukan plak lemak dalam arteri merupakan faktor yang mempengaruhi
pembentukan bekuan darah (thrombus) yang dapat menghambat aliran darah. Apabila
proses aterosklerosis ini terjadi pada pembuluh darah ekstremitas inferior akan
mendorong terjadinya iskemia pada organ ekstremitas inferior yang memperoleh
suplai darah dari bagian yang mengalami stenosis. Jika proses ateroskelorosis
tersebut berkembang hingga menyebabkan penyumbatan total maka dapat menyebakan
kematian jaringan (infark) yang berkibat pada tindakan amputasi sehingga
seseorang akan mengalami cacat.
Dengan
demikian penting menetukan pemilihan jenis pencitraan (modalitas imaging) yang
tepat dan cepat yang diberikan kepada pasien.
Gambar
1 Lapisan-lapisan dinding pembuluh darah arteri (Sumber : IP Web Pub)
Gambar 2.Perbandingan
penampang anatomi pembuluh darah arteri dan vena
( Sumber : IP Web Pub)
GEJALA
PENYAKIT
Arteri
( kecuali arteri pulmonalis) merupakan pembuluh darah yang berfungsi membawa
darah yang kaya O2 dan zat-zat makanan yang diperlukan oleh jaringan
tubuh untuk kelangsungan aktifitas hidup. Dengan demikian gangguan sirkulasi
akan memberikan efek terhadap kenerja
dan kelangsungan hidup suatu jaringan yang diperdarahi. Gejala yang
dialami seorang pasien yang mengalami penyakit pembuluh darah perifer
(Peripheral vascular disease) terutama pada eksteremitas inferior diantaranya
keadaan nyeri atau tegang saat berjalan (klaudikasi),nyeri pada daerah
bokong,mati rasa pada daerah tungkai atau kaki, perubahan warna kulit (pucat
kebiru-biruan), perubahan temperatur kulit, impoten maupun luka yang susah
untuk sembuh.
Gambar 3. Pembuluh darah yang mengalami
aterosklerotik (down load from : hall-garcia cardiology associate www.hgcardio.com/ptca.htm )
METODA PENCITRAAN DIAGNOSTIK
Beberapa
metoda pencitraan diagnostik yang dapat dilakukan untuk penegakan diagnosa
meliputi ; Ultrasound Doppler Test,Magnetic Resonance Angiography (MRA), CTA
(Computed Tomography Angiography), dan Konvensional Arteriografi.
ULTRASOUND
DOPPLER TEST
Pemeriksaan
ini menggunakan gelombang suara berfrekwensi tinggi yang memanfaatkan asas
Doppler sebagai prinsip kerja dasarnya. Pemeriksaan ini tidak bersifat invasive
(non trumatis ), biaya pemeriksaan murah dan fasilitas ini telah tersedia
secara luas . Pemeriksaan ini bersifat pilihan kedua (second line) setelah
pemeriksaan non pencitraan dilakukan yaitu penentuan Ankle-Brachial indeks
(ABI). ABI adalah perbandingan tekanan arteri di daerah pergelangan kaki
(ankle) dan lengan (brachial). Akurasi diagnostik pada penggunaan Ultrasound
Doppler test banyak ditentukan oleh kecakapan operator didalam memposisikan
tranduser. Hasil pencitraan tidak dapat memberikan gambaran (deskripsi) secara
tepat diameter dan panjang lesi, tingkat keparahan maupun tipe lesi yang
terdapat pada pembuluh darah arteri.
Gambar 4 .Hasil pencitraan pembuluh darah
dengan metoda Ultra sound doppler
M R A
Pemeriksaan
pembuluh darah dengan teknik Magnetic Resonance Imaging mengalami perkembangan
yang amat pesat dan diprediksi akan menjadi pilihan utama dalam diagnosa
gangguan pembuluh darah menggantikan konvensional angiography. Hal ini
disebakan MRA tidak bersifat invasive, tidak menggunakan radiasi pengion dan
bahan kontras yang digunakan relatif tidak beresiko (non-nephrotoxic). Namun
untuk sementara pemeriksaan MRA masih memiliki keterbatasan didalam mendiagnosa
penyakit arteri pada ektremitas inferior seperti biaya yang relatif mahal,
ketersediaan sarana, kontra indikasi pemeriksaan (Pasien yang memiliki sumber
logam dalam tubuhnya), dan kemungkinan terjadinya overestimation of the
degree dari lesi.
Gambar
5 .Hasil pencitraan pembuluh darah dengan metoda MRA
C T A
Sama
halnya dengan MRA metoda pemerksaan ini juga mengalami perkembangan yang amat
pesat dan juga diprediksi akan menjadi pilihan utama dalam diagnosa gangguan pembuluh
darah menggantikan konvesional angiography terutama dengan peningkatan jumlah
irisan pda metoda multy slice CT. Pada CTA pembuluh darah dapat
terekonstruksi secara 3 dimensi sehingga memberikan keleluasaan visualisasi
pembuluh darah dalam berbagai sudut. Namun harus disadari peningkatan jumlah
irisan dan aplisasi terhadap pembuluh darah meningkatkan dosis radiasi dan
jumlah bahan kontas yang diterima pasien.
Gambar
6. Data trimming MIP image menvisualisasikan popliteal artery block with
distal reformation.
KONVENSIONAL ANGIOGRAPHY
Metoda konvensional
angiography meskipun bersifat invasive, memerlukan bahan kontras ( lebih kecil
dari CTA) dan mengunakan sinar-X namun sampai saat ini masih merupakan jenis
pemeriksaan yang paling akurat didalam mendiagnosa penyakit pembuluh darah.
Sehingga masih tetap menjadi pemeriksaan utama (golden procedures). Hal ini
disebabkan gambaran yang dihasilkan mampu menyuguhkan gambaran anatomis dan
fisologi yang hampir mendekati keadaan sebenarnya dari pembuluh darah (>90%).Pemeriksaan
konvensional angiography dapat memerlihtkan secara jelas penyakit pembuluh
darah seperti ; terjadinya penyempitan (stenosis), pelebaran
(Dilatasi;Aneurisma), penyumbatan oklusi) maupun adanyan thrombus atau bekuan
darah yang ditandai dengan terjadinya fiiling defect. Dana yang lebih penting
konvensional angiography dapat memperlihatkan fase-fase dari sirkulasi
peradaran darah (arteri, Arteriovenous maupun vena) yang tidak dapat
dilakukan pada metoda lain.
Gambar 7 .Hasil pencitraan pembuluh darah
dengan metoda Arteriografi
PEDOMAN PENERAPAN JENIS PENCITRAAN
Pesatnya
perkembangan teknologi pencitraan memberikan hasil dalam meningkatkan kemudahan
dan akurasi interpretasi diagnostik serta memberikan tingkat keamanan dan
kenyamanan yang lebih baik terhadap pasien seperti efek penggunaan bahan
kontras, prosedur radiologis yang bersifat tarumatis (invasif), serta resiko
penggunaan radiasi pengion. Pilihan terhadap jenis pemerIksaan diagnostik
mutakhir ditentukan oleh faktor-faktor seperti :1). Biaya, waktu dan lama
pemeriksaan 2). Ketersediaan tenaga medik dan paramedic (radiographer) 3).
Ketersediaan tenaga tehnisi untuk perbaikan dan pemeliharaan sarana 4).Akurasi
gambar yang diperoleh 5).Daya bayar Masyarakat 6).Sifat pemeriksaan (invasif
dan non-invasif) 7).Mobilitas peralatan . Dengan demikian pemeriksaan yang
dipilih harus memperhatikan asas kemanfaatannya terhadap pasien dan bukan
sekedar kecanggihan yang kamuflase.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar