Kamis, 06 Februari 2014

SEJARAH SEPAK BOLA

Sepak bola
US Navy 090606-N-5650M-004 Fire Controlman 2nd Class Christopher Sabens, stationed on USS Forrest Sherman (DDG 98), shoots a goal.jpg
Dua orang pemain sedang berebut bola.
Induk organisasi FIFA
Nama lain Football, soccer, footy/footie, "the beautiful game", "the world game"
Pertama dimainkan Pertengahan abad ke-19 di Inggris
Data lengkap
Olahraga kontak fisik Ya
Jumlah pemain 11 orang per tim
Pria/wanita Ya, kompetisi terpisah
Kategori Olahraga tim, Olahraga bola
Peralatan Bola sepak
Tempat bertanding Lapangan sepak bola
Dipertandingkan di Olimpiade 1900
Sepak bola adalah olahraga menggunakan bola yang dimainkan oleh dua tim yang masing-masing beranggotakan 11 (sebelas) orang. Memasuki abad ke-21, olahraga ini telah dimainkan oleh lebih dari 250 juta orang di 200 negara, yang menjadikannya olahraga paling populer di dunia.[1][2][3][4] Sepak bola bertujuan untuk mencetak gol sebanyak-banyaknya dengan menggunakan bola kulit ke gawang lawan. Sepak bola dimainkan dalam lapangan yang berbentuk persegi panjang, di atas rumput atau rumput sintetis.
Secara umum hanya penjaga gawang saja yang berhak menyentuh bola dengan tangan atau lengan di dalam daerah gawangnya, sedangkan 10 (sepuluh) pemain lainnya hanya diijinkan menggunakan seluruh tubuhnya selain tangan, biasanya dengan kaki untuk menendang, dada untuk mengontrol, dan kepala untuk menyundul bola. Tim yang mencetak gol lebih banyak pada akhir pertandingan adalah pemenangnya. Jika hingga waktu berakhir masih berakhir imbang, maka dapat dilakukan undian, perpanjangan waktu maupun adu penalti, tergantung dari format penyelenggaraan kejuaraan.[5]
Peraturan pertandingan secara umum diperbarui setiap tahunnya oleh induk organisasi sepak bola internasional (FIFA), yang juga menyelenggarakan Piala Dunia setiap empat tahun sekali.[6]

Daftar isi

Sejarah

Sejarah olahraga sepak bola dimulai sejak abad ke-2 dan -3 sebelum Masehi di Cina.[7] Di masa Dinasti Han tersebut, masyarakat menggiring bola kulit dengan menendangnya ke jaring kecil.[7] Permainan serupa juga dimainkan di Jepang dengan sebutan Kemari[8]. Di Italia, permainan menendang dan membawa bola juga digemari terutama mulai abad ke-16.[8]
Sepak bola modern mulai berkembang di Inggris dan menjadi sangat digemari.[7] Di beberapa kompetisi, permainan ini menimbulkan banyak kekerasan selama pertandingan sehingga akhirnya Raja Edward III melarang olahraga ini dimainkan pada tahun 1365.[7] Raja James I dari Skotlandia juga mendukung larangan untuk memainkan sepak bola.[7] Pada tahun 1815, sebuah perkembangan besar menyebabkan sepak bola menjadi terkenal di lingkungan universitas dan sekolah.[7] Kelahiran sepak bola modern terjadi di Freemasons Tavern pada tahun 1863 ketika 11 sekolah dan klub berkumpul dan merumuskan aturan baku untuk permainan tersebut.[8] Bersamaan dengan itu, terjadi pemisahan yang jelas antara olahraga rugby dengan sepak bola (soccer).[8] Pada tahun 1869, membawa bola dengan tangan mulai dilarang dalam sepak bola.[7] Selama tahun 1800-an, olahraga tersebut dibawa oleh pelaut, pedagang, dan tentara Inggris ke berbagai belahan dunia.[7] Pada tahun 1904, asosiasi tertinggi sepak bola dunia (FIFA) dibentuk dan pada awal tahun 1900-an, berbagai kompetisi dimainkan diberbagai negara.[7]

Posisi pemain


Penjaga gawang dalam sepak bola.
Pada dasarnya, satu tim sepak bola terdiri dari 1 orang penjaga gawang, 2-4 orang pemain bertahan, (fullbacks), 2-4 orang pemain tengah, dan 1-3 orang penyerang.[9] Penjaga gawang adalah satu-satunya pemain yang boleh menggunakan tangan untuk melindungi gawang dari serangan lawan.[9] Umumnya, penjaga gawang mengenakan pakaian yang berbeda dengan pemain lainnya.[9] Pemain bertahan memiliki tugas utama untuk menghentikan serangan lawan.[9] Pemain tengah biasanya terdiri dari pemain tengah penyerang yang bermain dekat dengan penyerang dan pemain tengah bertahan yang bermain dekat dengan pemain bertahan.[9] Penyerang memiliki tugas utama untuk mencetak gol ke gawang lawan.[9]
Posisi dasar pemain dapat mengalami modifikasi menjadi berbagai pola atau taktik permainan.[10] Beberapa pola pemain yang sering digunakan dalam berbagai kejuaraan adalah 4-4-2 (paling sering digunakan), 3-4-2-1 (kekuatan terletak di bagian tengah lapangan), serta 4-3-3 (formasi klasik dari tahun 1970-an yang sering digunakan oleh sistem total football Belanda dan Jerman Barat ).[10]

Aturan


Lapangan sepak bola.

Lapangan permainan

Untuk pertandingan internasional dewasa, lapangan sepak bola internasional yang digunakan memiliki panjang yang berkisar antara 100-120 meter dan lebar 65-75 meter.[11] Di bagian tengah kedua ujung lapangan, terdapat area gawang yang berupa persegi empat berukuran dengan lebar 7.32 meter dan tinggi 2.44 meter.[11] Di bagian depan dari gawang terdapat area pinalti yang berjarak 16.5 meter dari gawang.[11] Area ini merupakan batas kiper boleh menangkap bola dengan tangan dan menentukan kapan sebuah pelanggaran mendapatkan hadiah tendangan pinalti atau tidak.[11]

Lama permainan

Lama permainan sepak bola normal adalah 2 × 45 menit, ditambah istirahat selama 15 menit di antara kedua babak.[11] Jika kedudukan sama imbang, maka diadakan perpanjangan waktu selama 2×15 menit, hingga didapat pemenang, namun jika sama kuat maka diadakan adu penalti.[11] Wasit dapat menentukan berapa waktu tambahan di setiap akhir babak sebagai pengganti dari waktu yang hilang akibat pergantian pemain, cedera yang membutuhkan pertolongan, ataupun penghentian lainnya. Waktu tambahan ini disebut sebagai injury time atau stoppage time.[11]
Gol yang dicetak dalam perpanjangan waktu akan dihitung menjadi skor akhir pertandingan, sedangkan gol dari adu penalti hanya menentukan apabila suatu tim dapat melaju ke pertandingan selanjutnya ataupun tidak (tidak mempengaruhi skor akhir).[11] Pada akhir tahun 1990-an, International Football Association Board (IFAB) memberlakukan sistem gol emas (golden gol) atau gol perak (silver gol) untuk menyelesaikan pertandingan.[11] Dalam sistem gol emas, tim yang pertama kali mencetak gol saat perpanjangan waktu berlangsung akan menjadi pemenang, sedangkan dalam gol perak, tim yang memimpin pada akhir babak perpanjangan waktu pertama akan keluar sebagai pemenang.[11] Kedua sistem tersebut tidak lagi digunakan oleh IFAB.[11]

Pelanggaran


Wasit sedang memberikan kartu kuning.
Apabila pemain melakukan pelanggaran yang cukup keras maka wasit dapat memberikan peringatan dengan kartu kuning atau kartu merah.[12] Pertandingan akan dihentikan dan wasit menunjukkan kartu ke depan pemain yang melanggar kemudian mencatat namanya di dalam buku.[12] Kartu kuning merupakan peringatan atas pelanggaran seperti bersikap tidak sportif, secara terus-menerus melanggar peraturan, berselisih kata-kata atau tindakan, menunda memulai kembali pertandingan, keluar-masuk pertandingan tanpa persetujuan wasit, ataupun tidak menjaga jarak dari pemain lawan yang sedang melakukan tendangan bebas atau lemparan ke dalam.[12] Pemain yang menerima dua kartu kuning akan mendapatkan kartu merah dan keluar dari pertandingan.[12]
Pemain yang mendapatkan kartu merah harus keluar dari pertandingan tanpa bisa digantikan dengan pemain lainnya.[12] Beberapa contoh tindakan yang dapat diganjar kartu merah adalah pelanggaran berat yang membahayakan atau menyebabkan cedera parah pada lawan, meludah, melakukan kekerasan, melanggar lawan yang sedang berusaha mencetak gol, menyentuh bola dengan tangan untuk mencegah gol bagi semua pemain kecuali penjaga gawang , dan menggunakan bahasa atau gerak tubuh yang cenderung menantang, pemain yang berposisi sebagai penjaga gawang melakukan hands ball di luar kotak penalti .[12]

Wasit dan petugas pertandingan

Dalam pertandingan profesional, terdapat 4 petugas yang memimpin jalannya pertandingan, yaitu wasit, 2 hakim garis, dan seorang petugas di pinggir tengah lapangan.[13] Wasit memiliki peluit yang menandakan apakah saat berhenti atau memulai memainkan bola.[13] Dia juga bertugas memberikan hukuman dan peringatan atas pelanggaran yang terjadi di lapangan.[13] Masing-masing penjaga garis bertanggung jawab mengawasi setengah bagian dari lapangan.[13] Mereka membawa bendera dengan warna terang untuk menandakan adanya pelanggaran, bola keluar, ataupun offside.[13] Biasanya mereka akan bergerak mengikuti posisi pemain belakang terakhir.[13]
Petugas terakhir memiliki tugas untuk mencatat semua waktu yang sempat terhenti selama pertandingan berlangsung dan memberikan info mengenai tambahan waktu di akhir setiap babak.[13] Petugas ini juga bertugas memeriksa pergantian pemain dan menjadi penghubung antara manajer tim dengan wasit.[13] Dalam beberapa pertandingan, teknologi penggunaan video atau penggunaan orang kelima untuk menentukan ketepatan keputusan wasit mulai digunakan.[13] Misalnya yang menentukan apakah suatu bola telah melewati garis atau apakah seorang pemain berada dalam keadaan offside ketika mencetak gol.[13]

Kejuaraan Internasional


Permainan sepak bola wanita.
Kejuaraan sepak bola internasional terbesar ialah Piala Dunia yang diselenggarakan oleh Fédération Internationale de Football Association (FIFA).[14] Piala Dunia diadakan setiap empat tahun sekali dan dimulai di Uruguay pada tahun 1930.[14] Pencetus ide tersebut adalah Jules Rimet, seorang pengacara dan pengusaha Perancis yang terinspirasi setelah menonton Olimpiade Paris tahun 1924.[14]
Kompetisi international tertua di dunia adalah Copa America yang mempertandingkan tim-tim dalam wilayah Amerika Selatan setiap dua tahun sekali.[15] Copa America pertama kali diadakan tahun 1916 dan diikuti oleh 10 negara yang akhirnya membentuk The South American Football Confederation (Conmebol).[15] Untuk wilayah Amerika Utara, The Confederation of North, Central American and Caribbean Association Football (CONCACAF) menyelenggarakan kompetisi internasional setiap empat tahun sekali yang disebut Piala Emas CONCACAF.[16] Di kawasan Asia, termasuk Australia dan Timor Leste negara-negara yang tergabung dalam Asian Football Confederation (AFC), mengadakan kompetisi internasional pertama tingkat Asia pada tahun 1956 di Hongkong yang disebut Piala Asia.[17] Pada tahun 1960, kompetisi tingkat regional Eropa diadakan untuk pertama kalinya dengan nama European Nations' Cup yang kemudian disebut sebagai UEFA European Championship (Piala Eropa atau EURO).[14] Di wilayah Oseania (meliputi Selandia Baru, dan berbagai Kepulauan Pasifik), kompetisi international setiap dua tahun dimulai sejak tahun 1996 disebut Piala Oseania.[18] Untuk wilayah Afrika, kompetisi Piala Afrika mulai diadakan sejak 1957 di Khartoum.[19]

Sepak bola di Indonesia

Sejarah sepak bola di Indonesia diawali dengan berdirinya Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia (PSSI) di Yogyakarta pada 19 April 1930 dengan pimpinan Soeratin Sosrosoegondo.[20] Dalam kongres PSSI di Solo, organisasi tersebut mengalami perubahan nama menjadi Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia.[20] Sejak saat itu, kegiatan sepak bola semakin sering digerakkan oleh PSSI dan makin banyak rakyat bermain di jalan atau alun-alun tempat Kompetisi I Perserikatan diadakan.[21] Sebagai bentuk dukungan terhadap kebangkitan "Sepakbola Kebangsaan", Paku Buwono X mendirikan stadion Sriwedari yang membuat persepakbolaan Indonesia semakin gencar.[21]
Sepeninggalan Soeratin Sosrosoegondo, prestasi tim nasional sepak bola Indonesia tidak terlalu memuaskan karena pembinaan tim nasional tidak diimbangi dengan pengembangan organisasi dan kompetisi.[21] Pada era sebelum tahun 1970-an, beberapa pemain Indonesia sempat bersaing dalam kompetisi internasional, di antaranya Ramang, Sucipto Suntoro, Ronny Pattinasarani, dan Tan Liong Houw.[21] Dalam perkembangannya, PSSI telah memperluas kompetisi sepak bola dalam negeri, di antaranya dengan penyelenggaraan Liga Super Indonesia, Divisi Utama, Divisi Satu, dan Divisi Dua untuk pemain non amatir, serta Divisi Tiga untuk pemain amatir.[21] Selain itu, PSSI juga aktif mengembangkan kompetisi sepak bola wanita dan kompetisi dalam kelompok umur tertentu (U-15, U-17, U-19,U21, dan U-23).[21]

Lihat pula

Organisasi

Jenis lainnya

RADIOGRAFI PANORAMIC





Panoramik merupakan salah satu foto rontgen ekstraoral yang telah digunakan secara umum di kedokteran gigi untuk mendapatkan gambaran utuh dari keseluruhan maksilofasial.5,7,10,11
Foto panoramik pertama dikembangkan oleh tentara Amerika Serikat sebagai cara untuk mempercepat mendapatkan gambaran seluruh gigi untuk mengetahui kesehatan mulut tentaranya.
Foto panoramik juga disarankan kepada pasien pediatrik, pasien cacat jasmani atau pasien dengan gag refleks.
Salah satu kelebihan panoramik adalah dosis radiasi yang relatif kecil dimana dosis radiasi yang diterima pasien untuk satu kali foto panoramik hampir sama dengan dosis empat kali foto intra oral.

Definisi
Gambaran panoramik adalah sebuah teknik untuk menghasilkan sebuah gambaran tomografi yang memperlihatkan struktur fasial mencakup rahang maksila dan mandibula beserta struktur pendukungnya dengan distorsi dan overlap minimal dari detail anatomi pada sisi kontralateral.

Radiografi panoramik adalah sebuah teknik dimana gambaran seluruh jaringan gigi ditemukan dalam satu film.
Foto panoramik dikenal juga dengan panorex atau orthopantomogram
dan menjadi sangat popular di kedokteran gigi karena teknik yang simple, gambaran mencakup seluruh gigi dan rahang dengan dosis radiasi yang rendah.
Foto panoramik dapat menunjukkan hasil yang buruk dikarenakan kesalahan posisi pasien yang dapat menyebabkan distorsi.

Indikasi
Adapun seleksi kasus yang memerlukaan gambaran panoramik dalam
penegakan diagnosa diantaranya seperti:
1.Adanya lesi tulang atau ukuran dariposisi gigi terpendam yang
   menghalangi gambaran pada intra-oral.
2.Melihattulang alveolar dimana terjadi poket lebih dari 6 mm.
3.Untuk melihat kondisi gigi sebelum dilakukan rencana pembedahan.
   Foto rutin untuk melihat perkembangan erupsi gigi molar tiga tidak disarankan.
4.Rencana perawatan orthodonti yang diperlukan untuk mengetahui keadaan gigi atau benih 
   gigi.
5.Mengetahui ada atau tidaknya fraktur pada seluruh bagian mandibula
6.Rencana perawatan implan gigi untuk mencari vertical height.

Teknik dan Posisi pengambilan gambar panoramik
Teknik dan posisi yang tepat adalah bervariasi pada satu alat dengan alat lainnya. Tetapi, ada beberapa pedoman umum yang sama yang dimiliki semua alat dan dapat dirangkum meliputi:
Persiapan Alat:
1.Siapkan kaset yang telah diisi film atau sensor digital telah
dimasukkan kedalam tempatnya.
2.Collimation harus diatur sesuai ukuran yang diinginkan.
3.Besarnya tembakan sinar antara 70-100 kV dan 4-12 mA.
4.Hidupkan alat untuk melihat bahwa alat dapat bekerja, naik atau
turunkan tempat kepala dan sesuaikan posisi kepala sehingga pasien
dapat diposisikan.
5.Sebelum memposisikan pasien, sebaiknya persiapan alat telah
dilakukan.
 
Persiapan pasien
1.Pasien diminta untuk melepaskan seluruh perhiasan seperti anting,
aksesoris rambut, gigi palsu dan alat orthodonti yang dipakainya.
2.Prosedur dan pergerakan alat harus dijelaskan untuk menenangkan pasien dan jika perlu lakukan percobaan untuk menunjukkan bahwa alat bergerak.
3.Pakaikan pelindung apron pada pasien, pastikan pada bagian leher tidak ada yang menghalangi pergerakan alat saat mengelilingi kepala.
4.Pasien harus diposisikan dalam unit dengan tegak dan diperintahkan untuk memegang handel agar tetap seimbang.
5.Pasien diminta memposisikan gigi edge to edge dengan dagu mereka  bersentuhan pada tempat dagu.
6.Kepala tidak boleh bergerak dibantu dengan penahan kepala.
7.Pasien diinstruksikan untuk menutup bibir mereka dan menekan lidah ke palatum dan jangan bergerak sampai alat berhenti berputar.
8.Jelaskan pada pasien untuk bernafas normal dan tidak bernafas terlalu dalam saat penyinaran.

Persiapan Operator :
1.Operator memakai pakaian pelindung.
2.Operator berdiri di belakang dengan mengambil jarak menjauh dari
sumber x-ray ketika waktu penyinaran.
3.Lihat dan perhatikan pasien selama waktu penyinaran untuk
memastikan tidak ada pergerakan.Matikan alat setelah selesai
digunakan dan kembalikan letak posisi kepala pada tempatnya.
5.Ambil kaset pada tempatnya dan kaset siap untuk diproses.


Persiapan lingkungan terhadap proteksi radiasi
1.Pastikan perangkat sinar x digunakan dengan teknik yang baik dan
parameter secara fisika terhadap berkas radiasi ditetapkan dengan benar.
2.Hindari kemungkinan kebocoran dengan menggunakan kepala tabung harus radiopaque.
3.Filtrasi dari berkas sinar x dengan mengatur ketebalan filter.
Ketebalan filter bergantung pada tegangan operasi dari
peralatan sinar x. Tegangan mencapai 70 kVp ketebalan filter setara dengan ketebalan alumunium 2,5 mm untuk kekuatan tabung sinar x antara 70-100kVp.

PENGGUNAAN MULTI MODALITAS IMAGING TERHADAP DIAGNOSA PENYAKIT ARTERI EKSTREMITAS INFERIOR



PENDAHULUAN
Aterosklerosis atau penyempitan pembuluh darah disebabkan oleh penumpukan dari zat-zat lemak (lipid, kolesterol) yang makin lama makin banyak dan menumpuk di bawah lapisan terdalam (endotelium) dari dinding pembuluh nadi. Hal ini dapat terjadi akibat hiperkolesterolemia atau jenuhnya reseptor LDL (kolesterol jahat) sehubungan dengan konsumsi makanan yang terlalu banyak mengandung kolesterol dan trigliserida tinggi. Tumpukan zat-zat lemak tersebut akan mengalami oksidasi yang lama kelamaan akan membentuk plak yang dapat menyebabkan pengerasan arteri. Pembentukan plak lemak dalam arteri merupakan faktor yang mempengaruhi pembentukan bekuan darah (thrombus) yang dapat menghambat aliran darah. Apabila proses aterosklerosis ini terjadi pada pembuluh darah ekstremitas inferior akan mendorong terjadinya iskemia pada organ ekstremitas inferior yang memperoleh suplai darah dari bagian yang mengalami stenosis. Jika proses ateroskelorosis tersebut berkembang hingga menyebabkan penyumbatan total maka dapat menyebakan kematian jaringan (infark) yang berkibat pada tindakan amputasi sehingga seseorang akan mengalami cacat.
Dengan demikian penting menetukan pemilihan jenis pencitraan (modalitas imaging) yang tepat dan cepat yang diberikan kepada pasien. 
      Gambar 1 Lapisan-lapisan dinding pembuluh darah arteri (Sumber : IP Web Pub)
Gambar 2.Perbandingan penampang anatomi pembuluh darah arteri dan vena
( Sumber : IP Web Pub)
GEJALA PENYAKIT
Arteri ( kecuali arteri pulmonalis) merupakan pembuluh darah yang berfungsi membawa darah yang kaya O2 dan zat-zat makanan yang diperlukan oleh jaringan tubuh untuk kelangsungan aktifitas hidup. Dengan demikian gangguan sirkulasi akan memberikan efek terhadap kenerja dan kelangsungan hidup suatu jaringan yang diperdarahi. Gejala yang dialami seorang pasien yang mengalami penyakit pembuluh darah perifer (Peripheral vascular disease) terutama pada eksteremitas inferior diantaranya keadaan nyeri atau tegang saat berjalan (klaudikasi),nyeri pada daerah bokong,mati rasa pada daerah tungkai atau kaki, perubahan warna kulit (pucat kebiru-biruan), perubahan temperatur kulit, impoten maupun luka yang susah untuk sembuh.
Gambar 3. Pembuluh darah yang mengalami aterosklerotik (down load from : hall-garcia cardiology associate www.hgcardio.com/ptca.htm )
METODA PENCITRAAN DIAGNOSTIK
Beberapa metoda pencitraan diagnostik yang dapat dilakukan untuk penegakan diagnosa meliputi ; Ultrasound Doppler Test,Magnetic Resonance Angiography (MRA), CTA (Computed Tomography Angiography), dan Konvensional Arteriografi.
ULTRASOUND DOPPLER TEST
Pemeriksaan ini menggunakan gelombang suara berfrekwensi tinggi yang memanfaatkan asas Doppler sebagai prinsip kerja dasarnya. Pemeriksaan ini tidak bersifat invasive (non trumatis ), biaya pemeriksaan murah dan fasilitas ini telah tersedia secara luas . Pemeriksaan ini bersifat pilihan kedua (second line) setelah pemeriksaan non pencitraan dilakukan yaitu penentuan Ankle-Brachial indeks (ABI). ABI adalah perbandingan tekanan arteri di daerah pergelangan kaki (ankle) dan lengan (brachial). Akurasi diagnostik pada penggunaan Ultrasound Doppler test banyak ditentukan oleh kecakapan operator didalam memposisikan tranduser. Hasil pencitraan tidak dapat memberikan gambaran (deskripsi) secara tepat diameter dan panjang lesi, tingkat keparahan maupun tipe lesi yang terdapat pada pembuluh darah arteri.
Gambar 4 .Hasil pencitraan pembuluh darah dengan metoda Ultra sound doppler
M R A
Pemeriksaan pembuluh darah dengan teknik Magnetic Resonance Imaging mengalami perkembangan yang amat pesat dan diprediksi akan menjadi pilihan utama dalam diagnosa gangguan pembuluh darah menggantikan konvensional angiography. Hal ini disebakan MRA tidak bersifat invasive, tidak menggunakan radiasi pengion dan bahan kontras yang digunakan relatif tidak beresiko (non-nephrotoxic). Namun untuk sementara pemeriksaan MRA masih memiliki keterbatasan didalam mendiagnosa penyakit arteri pada ektremitas inferior seperti biaya yang relatif mahal, ketersediaan sarana, kontra indikasi pemeriksaan (Pasien yang memiliki sumber logam dalam tubuhnya), dan kemungkinan terjadinya overestimation of the degree dari lesi.
Gambar 5 .Hasil pencitraan pembuluh darah dengan metoda MRA



C T A
Sama halnya dengan MRA metoda pemerksaan ini juga mengalami perkembangan yang amat pesat dan juga diprediksi akan menjadi pilihan utama dalam diagnosa gangguan pembuluh darah menggantikan konvesional angiography terutama dengan peningkatan jumlah irisan pda metoda multy slice CT. Pada CTA pembuluh darah dapat terekonstruksi secara 3 dimensi sehingga memberikan keleluasaan visualisasi pembuluh darah dalam berbagai sudut. Namun harus disadari peningkatan jumlah irisan dan aplisasi terhadap pembuluh darah meningkatkan dosis radiasi dan jumlah bahan kontas yang diterima pasien.
 Gambar 6. Data trimming MIP image menvisualisasikan popliteal artery block with distal reformation.
KONVENSIONAL ANGIOGRAPHY
Metoda konvensional angiography meskipun bersifat invasive, memerlukan bahan kontras ( lebih kecil dari CTA) dan mengunakan sinar-X namun sampai saat ini masih merupakan jenis pemeriksaan yang paling akurat didalam mendiagnosa penyakit pembuluh darah. Sehingga masih tetap menjadi pemeriksaan utama (golden procedures). Hal ini disebabkan gambaran yang dihasilkan mampu menyuguhkan gambaran anatomis dan fisologi yang hampir mendekati keadaan sebenarnya dari pembuluh darah (>90%).Pemeriksaan konvensional angiography dapat memerlihtkan secara jelas penyakit pembuluh darah seperti ; terjadinya penyempitan (stenosis), pelebaran (Dilatasi;Aneurisma), penyumbatan oklusi) maupun adanyan thrombus atau bekuan darah yang ditandai dengan terjadinya fiiling defect. Dana yang lebih penting konvensional angiography dapat memperlihatkan fase-fase dari sirkulasi peradaran darah (arteri, Arteriovenous maupun vena) yang tidak dapat dilakukan pada metoda lain.
Gambar 7 .Hasil pencitraan pembuluh darah dengan metoda Arteriografi
PEDOMAN PENERAPAN JENIS PENCITRAAN
Pesatnya perkembangan teknologi pencitraan memberikan hasil dalam meningkatkan kemudahan dan akurasi interpretasi diagnostik serta memberikan tingkat keamanan dan kenyamanan yang lebih baik terhadap pasien seperti efek penggunaan bahan kontras, prosedur radiologis yang bersifat tarumatis (invasif), serta resiko penggunaan radiasi pengion. Pilihan terhadap jenis pemerIksaan diagnostik mutakhir ditentukan oleh faktor-faktor seperti :1). Biaya, waktu dan lama pemeriksaan 2). Ketersediaan tenaga medik dan paramedic (radiographer) 3). Ketersediaan tenaga tehnisi untuk perbaikan dan pemeliharaan sarana 4).Akurasi gambar yang diperoleh 5).Daya bayar Masyarakat 6).Sifat pemeriksaan (invasif dan non-invasif) 7).Mobilitas peralatan . Dengan demikian pemeriksaan yang dipilih harus memperhatikan asas kemanfaatannya terhadap pasien dan bukan sekedar kecanggihan yang kamuflase.